Tuesday, January 16, 2018

Novel Bahasa Indonesia 1+2 = Mati

 BAB 1 "The Beginning Of Everything"

"KUWAGATA,,,BANGUN." Teriak seorang wanita tua sambil mengguyurkan seember air dingin.
"Tapi bu, ini masih pagi, lagipula aku sedang demam." Jawab seorang anak laki-laki sambil menggigil kedinginan. Namun, ibunya malah menyeret dia ke dekat kolam lalu melemparkannya.

Kuwagata selalu disuruh kerja oleh ibunya, kadang dia juga tidak diberi makan dan minum. Namun, Kuwagata tetap sayang pada ibunya karena dia tahu bahwa ibunya menjadi seperti ini karena ayah Kuwagata telah meninggal.

"KUWAGATA....KEMARILAH." Teriak ibu Kuwagata memanggil.

"Ada apa bu?" Tanya Kuwagata.

"Aku akan memberikanmu sebuah ruangan lengkap dengan isinya." Ucap ibu Kuwagata sambil tersenyum.

"Benarkah?" Tanya Kuwagata heran.

"Cepatlah masuk, lalu duduk di kursi yang ada di tengah ruangan." Ucap ibu Kuwagata sambil mendorong-dorongnya masuk.

Kuwagata berlari dengan senangnya. Dia tidak percaya, akhirnya pohon kesabaran yang selama ini dia tanam berbuah. 

"Akhirnya ibu menyayangiku." Gumam Kuwagata.

Kemudian Kuwagata duduk di kursi yang dimaksud ibunya. Namun, setelah dia duduk di kursi tersebut, badannya menjadi lemas, pandangannya kabur, dan akhirnya dia pingsan.

Perlahan Kuwagata tersadar dari pingsannya, kemudian dia membuka kedua matanya, dilihatnya ruangan itu sangat terang sampai-sampai sangat sulit untuk melihat. Kuwagata berusaha melepaskan diri dari kursi yang didudukinya, namun percuma saja karena tangannya terikat. Tiba-tiba ibu Kuwagata datang menyeringai.

"Anak bodoh." Ucap Ibu Kuwagata sambil tetap menyeringai.

Ibu Kuwagata mengeluarkan sebuah pisau, lalu mulai menguliti Kuwagata. Disayatnya tubuh Kuwagata mulai dari kepala sampai ke kaki. Sayatan tersebut membuat sebuah sobekan kecil tapi menyakitkan.

"Ibu ampun bu, ampun bu" Kuwagata meringis kesakitan.

Darah mengalir dari sobekan yang dibuat oleh ibu Kuwagata, Belum sempat Kuwagata mengambil nafas, tubuhnya sudah dibaringkan di atas tumpukan arang yang sangat panas. Kemudian, ibu Kuwagata menempatkan 14 lilin yang menyala di atas tubuh Kuwagata, lalu pergi meninggalkan Kuwagata di dalam ruangan itu sendirian. 

"PANAS!!!" Kuwagata berteriak ketika lilin-lilin tersebut mulai meleleh dan mengenai sobekan-sobekan yang ada di badannya, cairan lilin tersebut masuk melalui sobekan-sobekan itu lalu bersatu dengan darahnya, Kuwagata merasakan kesakitan dalam ruangan yang sangat terang itu semalaman.

Pagi harinya ibu Kuwagata mendapati anaknya masih terjaga sambil berteriak "CUKUP!!!" sambil mengeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ibu Kuwagata menghampiri Kugawata lalu mengubah posisi Kuwagata menjadi duduk kembali. Ibu Kuwagata mengangkat dagu Kuwagata sambil menyeringai.

"Main-mainnya sudah selesai, saatnya kita belajar matematika." Ucap Ibu Kuwagata.

"Cukup aku tak tahan." Balas Kuwagata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Namun ibunya tidak menghiraukan perkataannya.

"Akan kujelaskan peraturan mainnya." Ucap ibu Kuwagata sambil mengambil pisau.

"Pertama, apabila kau menurut aku akan melepaskan ikatan ditanganmu. Berjanji untuk diam dan menurut?" Ucap ibu Kuwagata, lalu ditanggapi dengan anggukan oleh Kuwagata.

"Baik akan kubuka ikatan itu." Ibu Kuwagata membuka ikatan di tangan Kuwagata. 

"Selanjutnya, aku akan memberikan pertanyaan dan apabila jawabanmu benar kita sudahi permainan ini, namun apabila jawabanmu salah, aku akan mengambil satu kuku jarimu untuk satu jawaban yang salah." Ibu Kuwagata menjelaskan peraturan permainan sambil menyeringai.

Tak lama kemudian ibu Kuwagata melemparkan pertanyaan pertama 

"1+2 sama dengan?"

Kuwagata bingung kenapa ibunya memberikan pertanyaan yang mudah, kemudian Kuwagata menjawab.
"T,,,tiga" 

Ibu Kuwagata menyeringai.

"Jawabanmu salah."

Ibu Kuwagata kemudian mengambil kuku jari kelingking tangan kiri Kuwagata. 

"AARRGHHHHH" Kuwagata berteriak kesakitan.

Ibu Kuwagata memberikan pertanyaan kedua
"1+2 sama dengan?" 

Lagi-lagi Kuwagata kebingungan, dengan ragu Kuwagata menjawab
"Tiga" 

Tiba-tiba..."Srekk" Kuku jari manis tangan kirinya terambil.

"Anak bodoh, kau menjawab pertanyaan yang sama dengan jawaban yang sama." Ibu Kuwagata meledek dengan tetap menyeringai.

Kuwagata meneteskan air mata namun tetap diam dengan permainan yang dibuat oleh ibunya.
"1+2 sama dengan?" Lagi-lagi pertanyaan yang sama dilontarkan ibu Kuwagata.
Dan parahnya Kuwagata menjawab dengan jawaban yang sama
"Tiga"

Kuku jari tengah tangan Kuwagata kini telah hilang, permainan tersebut berlanjut sampai yang tersisa hanyalah kuku kaki sebelah kanan. Kuwagata menangis tersedu-seduh, dia tidak mengerti maksud ibunya selama ini, dia sudah muak dengan semua yang dilakukan ibunya. Rasa sayangnya terhadap ibunya kini berubah menjadi rasa benci yang amat dalam. Kuwagata kini sudah tidak memiliki perasaan lagi, perasaannya hilang ditelan penderitaan yang diberikan oleh ibunya. 

"Ibu bolehkah aku berbicara sesuatu padamu." Ucap Kuwagata dengan tenang dan hampa.

Tidak mendapat sahutan dari ibunya, Kuwagata melanjutkan perkataanya.

"Semut...apabila selalu diinjak akan balas menggigit." Tiba-tiba Kuwagata memegang ibunya lalu di ikat pada kursi yang dipakai ibunya untuk mengikat dirinya. Ibu Kuwagata hanya tersenyum.

"Bu aku sekarang tau apa sebenarnya jawaban dari pertanyaan mu." Kuwagata berbicara sambil mengambil kapak yang berada di ujung ruangan.

"1+2 itu sama dengan mati kan?" Kuwagata mengayunkan kapaknya lalu membelah kepala ibunya.
Darah bercucuran dari kepala ibu Kuwagata, namun Kuwagata tidak menangis bahkan rasa sedih dan bersalahpun tidak dia miliki. Kuwagata hanya menyeringai sambil berkata
"Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya"

Kuwagata lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut, kemudian dia menyelusuri hutan yang gelap.

Sangat Gelap

No comments:

Post a Comment

Silahkan apabila ingin memberikan komentar asalkan sopan dan bertanggung jawab