Sunday, April 12, 2020

Cerita Pendek Tema Pendidikan "Titik Balik"

Titik Balik

“Hey Look Ma, I Made It”
            Nata memandangi sebuah foto sambil tersenyum dihadapan jutaan pasang mata yang tertuju padanya. Berdiri di atas panggung besar, Nobel Awards di Norwegia sebagai penemu yang menciptakan perubahan pada dunia sains. Tidak banyak yang dia sampaikan, selain ucapan terimakasih dan memandangi sebuah foto berbingkai kayu tua. Sebuah pencapaian yang sangat membanggakan bagi seorang pria yang kini berkepala empat. Kemudian sebuah ingatan terlintas dipikirannya, sebuah kilas balik mengenai perjuangan yang tidak akan pernah terlupakan.
34 tahun yang lalu…
“Baiklah silahkan perkenalkan diri kalian masing-masing di depan kelas, silahkan sebutkan nama, asal sekolah, tempat tinggal, dan hobi.”
“Absen satu, silahkan maju ke depan.”
Langkah kaki berat malu-malu melangkah ke depan. Pikirannya kosong saat ini, ini pertama kalinya dia berdiri di depan teman kelas barunya. Meninggalkan teman sekolah dasar yang telah bersama selama enam tahun, lalu mencoba berteman dengan orang baru itu bukan hal yang mudah. Terutama bagi dia.
“Perkenalkan nama saya Pradinata Rama Syahputra, saya berasal dari SDN 04 Cilampat, tempat tinggal saya di Desa Grobah Kecamatan Cilampat, hobi saya… hobi saya membaca.”
Sebuah perkenalan yang klasik memang, walaupun dengan sedikit bumbu kebohongan. Kenyataannya, yang namanya manusia tidak akan terlepas dari membicarakan orang lain, menilai sesuatu berdasarkan luarnya saja. Beberapa murid mulai saling berbisik, bukan hanya murid perempuan, tetapi juga murid laki-laki. Bagaimana tidak, seseorang yang sedang berada di hadapan mereka saat ini terlihat seperti seorang preman sekolah. Wajah coklat sawo matang khas nusantara dengan kumis dan janggut, tidak mungkin seorang murid normal akan berpenampilan seperti itu.
“Hey hey sudah diam, apa ada yang ingin ditanyakan?” ucap seorang guru memecahkan suasana. Setidaknya itu membuat Nata lega. Namun, tidak ada seorang muridpun yang bertanya. Kemudian dia kembali ke tempat duduknya kembali. Dengan hati yang tak karuan pastinya, karena ini akan menjadi hari pertama sekolah yang panjang dan berat.
“Sudah pulang nak? Tadi Ibu kamu telpon loh. Tapi kamunya belum pulang, jadi umi bilang nanti untuk telepon lagi.”
“Sudahlah Mi, aku cape. Lain kali aja.”
Nata masuk ke kamarnya, menutup gorden pintu dan melemparkan tas ke atas kasur.Kemudian dia berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Perempuan yang tadi berbicara adalah Neneknya, Umi Jumailah namanya. Dia yang selama ini merawat Nata dan adiknya, yang sudah tinggal bersama kakek dan neneknya, karena kedua orang tuanya telah bercerai semenjak dia kecil, dan Ibunya pergi ke Hongkong sebagai Pembantu Rumah Tangga. Nata yang dulu hanya seorang anak kecil yang belum mengerti apa-apa, tidak pernah menanyakan mengenai Ibunya. Tapi kini dia bukanlah anak kecil lagi, dia sudah cukup pintar untuk membandingkan apa yang dia punya dengan apa yang orang lain punya, dan itu membuatnya sering merasa sedih. Pertanyaan-pertanyaan seperti kenapa harus dia, apa salah dia, kenapa hanya dia, dan lainnya selalu mengganggu pikiran Nata.
Sebal dengan pikirannya sendiri, Nata pergi keluar rumah. Berjalan menyusuri jalan raya di depan rumahnya. Dia berhenti di depan warnet tempat biasa yang dia kunjungi untuk mengalihkan pikiran-pikirannya.
“Pak biasa paket sore sampai malam.”
“Lagi? Kamu ini harusnya jangan kesini terus. Kasian Ibumu cape-cape kerja di luar sana.”
“Sudahlah Pak, sudah cape disana diomeli disini diomeli, cepet paketin Pak”
“Iya-iya”
Semua orang sudah tahu kondisi Nata, terutama orang-orang di desanya. Tak sedikit dari mereka sering menasehati Nata, Namun Nata sudah muak dengan semua itu, yang dia butuhkan adalah orang tua, bukan uang.
Sudah dua minggu sejak hari pertama sekolah dimulai. Seperti biasa, tidak banyak yang berteman dengan Nata, kecuali murid-murid nakal lainnya. Bahkan ketua kelas dan teman sekelas lainnya tidak berani mendekati Nata, jangankan mendekati, menatap matanya saja tidak.
Sekolah sudah usai, Nata pulang dengan berjalan kaki. Tidak seperti murid lainnya yang menggunakan sepeda ataupun sepeda motor. Pikirannya lagi-lagi berkecamuk seperti biasa.
“Sudah pulang nak? Itu ada koper dari Ibumu, katanya sih mau pulang. Jadi kirim kopernya dulu, tapi gak tahu kapan pulangnya. Masih belum tentu”
“Terus ngapain ngasih tahu? Koper gak guna.”
“Jangan begitu nak, coba kamu lihat buku yang ada di kasurmu itu. Itu milik Ibumu yang dikirim melalui koper.”
            Nata melangkah kedalam kamar. Melepaskan tas yang ada dipunggungnya, kemudian mengambil buku yang ada di atas kasur. Tidak dibaca bahkan tidak dibuka, Nata melemparnya ke pintu lemari cukup keras. Lalu membuat buku itu terbuka. Dari kejauhan Nata melihat kata-kata yang ada di buku itu. Perlahan air matanya menetes, dia pun segera mengambil kembali buku itu dan membacanya dari awal.

Dear Diary,
Saat ini aku berada di Negara orang
Jauh dari keluarga dan anak-anakku
Apakah aku bisa bertahan?
Apakah aku bisa menahan rindu yang akan datang?
Tuhan aku memohon pertolonganmu…

Dear Diary,
Sudah satu tahun aku disini
Saat ini adalah ulang tahun anak-anakku
Aku kirim dia playstation 2
Semoga dia suka
Oh Tuhan aku rindu mereka

Dear Diary,
Sudah lama aku tidak mendengar suara anak-anakku
Ketika ku telepon mereka sedang disekolah
Sedih sekaligus senang rasanya
Mereka dapat dengan semangat belajar
Ingin rasanya berbincang dengan mereka
Terutama di sulung Nata
Aku yakin dia menyayangi ibunya

Dear Diary,
Aku ingin pulang
Aku tidak tahan akan rindu ini
Tapi apa daya, pekerjaanku
Mengharuskanku jauh dari mereka
Dan jika aku pulang
Bagaimana mereka akan makan nanti
Oh Tuhan beri aku petunjukmu

Dear Diary,
Sedih rasanya mendengar anakku sering pulang malam
Apakah dia tidak suka dengan plasystation yang aku kirim?
Atau dia tidak sayang kepadaku?
Tidak mungkin kan? Dia pasti menyayangiku
Karena dia anakku

Dear Diary,
Kenapa anakku sendiri tidak ingin berbicara padaku?
Apa salahku? Siang malam aku bekerja
Bukan tanpa letih, tapi apa yang kudapat?
Hanya jari-jari yang semakin penuh luka

Dear Diary,
Aku lelah
Ingin aku berteriak, ingin aku menangis
Tapi aku tak kuasa, taka da air mata mengalir
Semua terpendam dalam hati


Dear Diary, 
Anakku, Nata.
Maafkanlah ibumu ini nak
Ibu tak bisa bersama denganmu
Mengikuti perkembangan dan pertumbuhanmu
Ibu memang bukanlah ibu yang sempurna dan baik
Tapi, ibu ingin anak ibu memiliki masa depan yang baik
Lebih baik daripada ibu ataupun bapakmu
Dulu saat bapakmu meninggalkan ibu demi wanita lain
Saat itu adikmu masih berumur delapan bulan
Ibu tidak punya uang, jadi ibu memutuskan untuk pergi
Berat rasanya meninggalkan kamu nak
Banyak hal yang terjadi pada ibu yang tidak bisa ibu ceritakan
Yang terpenting saat ini kamu dapat hidup layak
Dan mendapatkan pendidikan yang layak pula
Karena pemberian terbaik dari orang tua adalah pendidikan
Ibu ingin melihatmu sukses sebagai sarjana
Memiliki pendidikan yang tinggi dan menjadi tokoh yang penting
Pendidikan yang tidak dapat ibu rasakan ketika ibu muda
Pendidikan yang ibu harap dapat membuatmu menjadi lebih baik
Ingat nak, semangatlah mencari ilmu disana kapanpun dan dimanapun
Karena mencari ilmu disaat usiamu yang saat ini adalah yang terbaik
Dan janganlah kamu menyerah disana
Karena ibu juga tidak akan menyerah
Oh Nata anakku tersayang

            Nata terisak membaca buku diary tersebut, selama ini dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia tidak memikirkan bagaimana perasaan seorang ibu yang jauh dari anak-anaknya. Hidup di Negara orang lain tanpa sanak keluarga. Nata pun berjanji, dalam tangisnya ini hilang semua rasa benci, hilang semua keburukan-keburukan yang ada dalam pikirannya, Nata akan menjadi seseorang yang dapat dibanggakan oleh ibunya.
            Setelah kejadian itu, Nata kini terlihat lebih ceria dan ramah. Dia menjadi rajin belajar dan sekolah, karena akhirnya dia menyadari betapa pentingnya Pendidikan bagi dirinya, yang mana diperjuangkan oleh ibunya. Dia tidak pernah lagi merasa kesepian, karena ibunya yang jauh di sana, kini ada di hatinya.

No comments:

Post a Comment

Silahkan apabila ingin memberikan komentar asalkan sopan dan bertanggung jawab